Kepribadian seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan diamana ia dibesarkan. nah,… Bunda dan Ayah sebaiknya kita terus pantau perkembangan baik fisik maupun psikisnya, setiap jengkal perubahan merupakan tanggung jawab kita sebagai orang tua karena lingkungan pertama adalah “keluarga”, dan anak merupakan cerminan sebuah keluarga.
Ada dua kasus nyata yang telah dikonsultasikan kepada penulis, kasus yang berbeda namun penyelesaian yang hampir sama, “yuk kita simak ya” ….
Sebut saja si Bunga, yang sendu dan sering sekali minder dengan temannya atau tidak percaya diri, ketika bermain selalu menjadi obyek bully atau ejekan teman-temannya. Bukan karena fisik dan parasnya, namun kepribadiannya yang selalu takut dan mau saja kalo diperintah temannya, seakan-akan dia harus selalu mengalah dengan temannya, agar temannya mau main denganya. Kepribadian ini sudah ada sejak ia memiliki adek, dimana sang adek memang butuh perhatian orang tuanya karena masih kecil, Saat ini orang tuanya bingung karena si bunga kurang percaya diri cenderung pendiam, tidak seperti masa balitanya dulu selalu ceria, banyak bicara, menanyakan hal-hal yang ingin ia ketahui dan sering bernyanyi. perubahan itu sangat drastis.
Sebut saja si Adam, seorang anak yang akhir-akhir ini cenderung egois, agresif, memukul bahkan membanting apa saja apabila apa yang dia mau tidak terpenuhi, Setiap berbicara membentak-bentak dan merengek. Apalagi kalo sudah memegang HP/ Tab yang ada games favoritnya. Diapun mampu berlama-lama memainkan, padahal sudah diatur oleh orang tuanya, kapan dia boleh main dan kapan ia tidak boleh memainkan HP/Tab nya. Saat ini asumsi orang tua, semua karena HP/ Tab yang ia pegang dan biasanya orang tua menggunakan HP/Tab juga sebagai pengendali atas prilaku si Anak, misalnya sebagai hadiah apabila dia sudah berbuat baik maka boleh main HP/TABnya.
Dari kasus diatas kita melihat adanya perubahan sikap dan karakter anak, dan untungnya orang tua mendapatinya sejak dini. Karakter demikian tentu saja lebih membahayakan karena kadang tidak terdeteksi karena anak cenderung diam dan tidak terbuka, ataupun cenderung individualis dan semaunya sendiri. Apabila hal ini dibiarkan maka sang anak kelak akan membentuk kepribadian yang rapuh dan gampang dipengaruhi hal-hal negatif.
Bahasa merupakan wujud komunikasi, setiap keluarga pasti memiliki ke khas an dan gaya bahasa sendiri. Namun bahasa tidak cukup tanpa perbuatan yang menyertai. Untuk itu bunda dan ayah perlunya secara konkrit menyampaikan kata-kata “mesra dan spesial” terhadap buah hati kita.
Baiklah mari kita coba mengatakan “Aku Sayang Kamu” atau “Ayah/Bunda sayang sama kamu”. Kita coba dengan satu hari minimal satu kali setiap pagi atupun menjelang tidur…. ingat tidak perlu menanyakan kembali pada anak kita, (dilarang menanyakan kembali “kamu sayang nggak sama bunda / ayah?” atau menanyakan “Hayo kamu lebih sayang mana Ayah apa Bunda?”).
Mengapa demikian ???….. bahasa cinta itulah yang dibutuhkan buah hati kita untuk membentuk jati diri dan kepercayaan dirinya, dan dengan perkataan yang positif akan mengembangkan kecerdasan emosinya, dengan kasih sayang maka anak akan mampu mengenali rasa sensitifitas terhadap lingkungan dan sosial.
Dengan ayah dan Bunda bilang sayang secara berkala maka akan terwujud rasa timbal balik (feed back) yang diharapkan. Sebagai contoh anak akan lebih nurut/ patuh, anak akan lebih terbuka, anak akan lebih pengertian dengan lingkungan, anak akan lebih bisa mengendalikan emosi ketika ia marah. Silahkan mencoba dan rasakan hasilnya
“Dengan kita berpikir positif kita bisa mempunyai lingkungan yang positif”
“Dengan Perbuatan positif kita akan mendapat hasil yang luar biasa”
“Dengan bahasa yang positif kita mampu merubah dunia lebih baik”
“Karena Tuhan memberi sesuai dengan apa yang kita katakan dan pikirkan”
Hub : Renny Nirwana Sari (081-357-934-553)
E-Mail : rennynirwanasari@gmail.com
Melayani : Tes Intelegensi,Konsultasi Psikologi,Terapi ABK
Kantor : Universitas Ma’arif Hasyim Latief (UMAHA)
jl Megare 30 Sepanjang Sidoarjo.